Sabtu, 03 Mei 2008

Riwayat Hidup Ringkas dari Bapak Pendeta Albert Sihombing (almarhum)

Dia dilahirkan kira-kira tahun 1887 di kampung Sosor, Lumbanholbung, Bahalbatu. la adalah putra Izaak Sihombing, seorang Penatua Jemaat Bahalbatu. Hari dan tanggal kelahirannya tidak jelas, karena tidak ada cacatan mengenai hal itu. Juga karena dia lahir ketika orangtuanya masih memeluk agama-suku. Karena itu, dia menerima baptisan bersama-sama dengan orangtuanya, dan lima orang abang dan ito-nya, bahkan kakeknya yang bernama baptis Abraham (Ompu Toga Tunggal), Raja Ihutan Lumbanholbung, Bahalbatu. Dia tutup usia pada tanggal 21 April 1969, tepat pukul 8.30 pada malam hari. Jadi umurnya adalah kira-kira 82 tahun pada saat tutup usia itu.
.
Dia mulai masuk sekolah desa di Bahalbatu. Dan karena dia termasuk orang yang cakap, sesudah dia tamat sekolah desa itu dia diangkat oleh gurunya Pendeta Asser Lumbantobng menjadi guru-bantu di sekolah itu. Dan karena kecakapannya itu, dia dicalonkan oleh atasannya itu untuk mengikuti ujian saringan masuk ke Sekolah Tinggi di Seminari Sipoholon. Dia lulus ujian saringan itu, bersama 30 orang rekannya, pada tahun 1906.
.
Dia tamat dari Sekolah Tinggi itu pada tahun 1910, dengan predikat dari Panitia Ujian: "sangat memuaskan". Dia langsung ditempatkan menjadi guru di Huta Namora, Butar. Dari Huta Namora dia dipindahkan ke jemaat Gotting. Di tempat inilah dia menikah pada tahun 1911, dengan Ibu, Orem Boru Hutabarat dari Pagar Sinondi, putri Guru Daniel Hutabarat, salah satu di antara evangelis yang paling pertama dari Tapanuli Utara.
.
Pada tanggal 15 April 1915 dia pindah ke jemaat Siborong-borong. Pada tanggal 18 Agustus 1918 dia kembali bertugas di Huta Namora. Dan pada tanggal 1 Oktober 1919, dia pindah lagi ke jemaat tempat kelahirannya, Bahalbatu. Dan dari jemaat inilah pada tanggal 3 Januari 1920 dia berangkat mengikuti sekolah pendeta di Seminari Sipoholon, bersama 10 orang rekan seangkatannya. Dari semua rekannya pendeta seangkatan-tahbisan, dialah yang paling akhir tutup usia di dunia yang fana. Sesudah dia tamat pendeta pada akhir tahun 1922, dia langsung ditempatkan menjadi pendeta di jemaat Sihorbo, Barus. Pada tanggal 28 Desember 1926 dia pindah ke jemaat Parsambilan, Toba Habinsaran. Dan pada bulan Februari 1934 dia pindah ke jemaat Pangaloan, Pahae. Pada bulan Januari 1939 dia pindah pula ke jemaat Lintong Nihuta, Humbang. Dan bulan Maret 1940 pindah pula ke jemaat Para ng man. Bulan April 1943 pindah pula ke jemaat Muara yang digabungkan dengan jemaat Bakkara.
.
Sekitar tahun 1946, setelah merasa kekuatannya sudah amat berkurang, dia meminta kepada Ephorus supaya dia menjalani pensiun. Tapi karena jumlah pendeta masih sangat terbatas kala itu, permintaannya tidak bisa diluluskan sepenuhinya. Tapi pelayanannya diberi keringanan sedikit. Dia ditempatkan ke jemaat Bahalbatu, dengan hanya tiga atau empat jemaat cabang (pagaran).
.
Namun pada tahun 1950 dia kembali diangkat menjadi Pendeta Ressort di Pollung, Marbun. Barulah sesudah tamat pendeta-pendeta yang lebih muda dari Seminari Sipoholon, dia diizinkan Ephorus menjalani pensiun penuh pada tahun 1953.
.
Tapi meskipun dia sudah pensiun dari ke-pendeta-an, dia tidak langsung berhenti bekerja di kebun anggur Tuhan. Karena waktu dia masih di Pollung, dia sudah mohon kepada pemerintah untuk diangkat menjadi guru agama sekolah negeri. Ketika dia pensiun dari kependetaan, dia memilih tempat domisihnya di Siborong-borong, supaya lebih dekat ke kampung kelahirannya, Bahalbatu. Sekaligus dia minta pindah mengajar pada SMP Negeri Siborong-borong, sebagai guru agama. Kelak dia memperoleh hak pensiun penuh sebagai guru negeri, atau pegawai pemerintah. Jadi sampai dengan hari tutup usia itu, dia sudah melayani selama 59 tahun di ladang anggur Tuhan.
.
Sedikit Tentang Perjalanan Hidup dan Kekeluargaannya:
.
Selama hidupnya, dia termasuk pelayan yang sangat bersahaja dan rendah hati. Beberapa contoh berikut membuktikan kebersahajaannya itu:
.
Ketika dia menjadi pendeta di Parsambilan, kebetulan ada masa pemilihan kepala negeri di kampung asalnya, Bahalbatu. Kaum kerabatnya amat keras membujuknya supaya mau dicalonkan dalam pemilihan itu. Dia amat tegas menolaknya, dan mengatakan: "Kerajaan Allah bagi dia adalah jauh lebih berharga dari kerajaan duniawi."
.
Sesudah dia makin senior dalam kependetaan, dia pernah dianjurkan Ephorus supaya menjadi praeses untuk Distrik Humbang. Dia menolak, dan mengatakan, dia kurang layak untuk jabatan itu.
.
Ketika masih melayani sebagai guru (penulis: pada tahun 1915), Ephorus menunjuknya pindah ke jemaat Siborong-borong, yang semula amat keras ditolaknya, dengan alasan: dia kurang pintar bergaul dengan kalangan pegawai pemerintah dan instansi pemerintah itu.
.
Itulah beberapa contoh yang menunjukkan kerendahan hatinya.
.
Dalam kehidupan duniawi, dapat dikatakan tidak banyak harta-bendanya. Tapi meskipun demikian, Allah Bapak menganugerahinya kesuburan (teks asli: hagabeon). Ada 12 orang putra-putrinya yang hidup dan berkeluarga, yakni 4 orang putra dan 8 orang putri. Pada waktu tutup usia itu, dari 12 orang puta-putrinya itu, jumlah keturunannya semuanya 123 orang (penulis: tentu dengan memasukkan jumlah menantu, para istri dan suami cucu, yang lazim digunakan orang Batak untuk menghitung jumlah ketuiunan).
.
Demikianlah dengan ringkas riwayat hidup dan kepelayanan Bapak kita yang tua itu, Pendeta Albert Sihombing. Ketika beliau tclah tutup usia, Pucuk Pimpinan HKBP menerima langsung pemberitahuan dari putra bungsunya, Drs. P.T.D. Sihombing. Jadi, turut melayat dari Kantor Pusat HKBP adalah Ompu i, Ephorus, Ds. T.S. Sihombing; Sekretaris Jenderal, Ds. G.H. Siahaan; Kctua Seksi Publikasi, Pdt.K. Lumbantoruan; Ketua Seksi Dana Pensiun, Pdt. T.L. Sinaga, semuanya turut mengantarkan jenazahnya sampai ke pekuburan keluarganya di kampung Sosor, Lumbanholtung, Bahalbatu.
.
Dari Distrik Humbang datang pula Tuan Praeses Humbang, Pdt. G. Lumbantoruan, Anggota Parhalado Pusat, St. A. Sianturi, dan semua rekannya pendeta se-Humbang.
.
Immanuel-pun turut berdukacita atas meninggalnya Pdt. Albert Lumbantoruan almarhum. Dialah putra pertama dari marga Lumbantoruan-Sihombing menjadi pendeta di Huria Kristen Batak Protestan.
.
Semoga Tuhan menghiburkan hati Ibu yang tua itu, O. Boru Hutabarat, yang telah menjadi janda. Semoga Tuhan juga menghiburkan hati semua putra-putri dan semua keturunannya, di dalam negeri dan luar negeri. Psalm 126; 5-6.
.
Tertanda:
Pemimpin Redaksi Immanuel
Pdt. K.L. Sihombing
(diterjemahkan oleh penulis dari teks aslinya dalam Bahasa Batak).

Tidak ada komentar: